Teluk Humboldt –Saksi Bisu Sejarah Papua:
Saya akan bercerita tentang teluk
Humboldt di sini. Teluk Humboldt adalah laut yang menjorok jauh ke daratan di
utara pulau Papua berbentuk huruf “U” yang membuat keseluruhan kota
Jayapura dilingkari pantai berair tenang dengan tingkat sedimentasi rendah. Sedemikian rendahnya sedimentasinya
sehingga pelabuhan Jayapura yang letaknya berhadap-hadapan dengan kantor gubernur
tak pernah mengenal istilah pendangkalan. Air lautnya –sebagaimana air laut di
seluruh wilayah ini- tenang, bersih dan berwarna biru cerah dan luar biasanya
masih banyak ikan-ikan yang berenang di sekitarnya.
Teluk Humboldt telah menjadi saksi
bisu kedatangan bangsa-bangsa asing dengan beragam kepentingan yang datang ke
wilayah ini dari waktu ke waktu. Perlu diketahui ketika anggota armada “Edi”
merapat di tahun 1909 silam mereka tak hanya bekerja membuat tapal batas antar
dua negara (yang dulu dikuasai Hindia Belanda di wilayah barat New Guinea dan
Jerman di bagian timur wilayah ini) melainkan juga membuat peta kota. Termasuk
memetakan sepenggal tempat darat di dekat pemukiman mereka yang kelak dikenal
dengan nama “Taman IMBI”, Dok 2 atas dan dok V-bawah.
Teluk ini kembali menyaksikan hirup
pikuk kedatangan bangsa asing di tahun 1939 silam. Ketika itu NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia )
belum lagi terbentuk dan wilayah ini masih bernama Nederland Hindia dengan
Holllandia (nama kota Jayapura
ketika itu) sebagai ibu kotanya. Ketika itu –sekitar akhir bulan April- datang
sejumlah peneliti yang tergabung dalam “ekspedisi Archbold ketiga” yang
dipimpin langsung olehRichard Archbold dari American
Museum of Natural History. Para penelitinya terdiri
bangsa Amerika dan Belanda. Karenanya ekspedisi ini dikenal juga dengan nama
“Ekspedisi Amerika-Belanda”.
Anggota ekspedisi ini tak berminat
dengan sepenggal tempat datar yang dulu ditinggali oleh anggota armada “Edi”.
Mereka lebih memilih sebuah tempat di atas bukit yang saya perkirakan adalah
dok 5 bawah sekarang. Karena tempat itu memang terletak di atas tebing terjal.
Sekarang tempat ini bisa dicapai dari mana-mana menggunakan kendaraan bermotor.
Tapi saat itu kendaraan bermotor belum lagi ada. Karenanya anggota rombogan
kemudian membuat sebuah tangga kayu dari bawah permukaan laut sampai ke atas
tebing.
Meski tak memiliki kendaraan darat
ekspedisi ini memiliki moda transportasi laut bernama “Cuba ”.
Cuba sebenarnya
adalah sebuah pesawat terbang yang bisa mendarat di atas permukaan air. Moda
transportasi ini jelas lebih cocok di lingkungan Hollandia tua yang tak punya
satu pun jalan raya (kecuali sepenggal jalan macadam berbatu-batu) ketika itu
dibanding sepeda motor sekali pun.
Rupanya kedatangan ekspedisi
Amerika-Belanda ini sangat menarik penduduk lokal. Tanpa disadari penduduk asli
mulai berkumpul di sekitar situ dan jumlahnya menjadi 200 orang. Ekspedisi yang
berada di bawah perlindungan tentara kerajaan Hindia Belanda ini bermaksud
untuk melanjutkan penelitian biologis yang dimulai dari Australia
sampai ke seluruh wilayah Nederland Hindia. Ekepsdisi ini baru berakhir di
bulan Mei tahun 1039 silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar